Memahami Pewarisan Sifat: Latihan Soal Bab 1 Biologi XII

Bab pertama dalam Biologi Kelas 12 umumnya membahas mengenai dasar-dasar pewarisan sifat atau genetika. Pemahaman materi ini sangat krusial karena menjadi fondasi bagi banyak topik lanjutan dalam biologi. Artikel ini akan menyajikan serangkaian contoh soal yang mencakup konsep-konsep kunci dalam bab pewarisan sifat, disertai dengan penjelasan rinci untuk membantu siswa menguasai materi. Kita akan fokus pada beberapa aspek penting seperti hukum Mendel, persilangan monohibrida, persilangan dihibrida, dan penyimpangan semu hukum Mendel.

Pentingnya Memahami Pewarisan Sifat

Pewarisan sifat adalah studi tentang bagaimana karakteristik diturunkan dari orang tua ke keturunannya. Fenomena ini menjelaskan mengapa anak memiliki kemiripan dengan orang tua mereka, tetapi juga mengapa ada variasi antar individu. Genetika tidak hanya relevan dalam memahami biologi manusia, tetapi juga dalam pertanian (pemuliaan tanaman dan hewan), kedokteran (penyakit genetik), dan evolusi.

Contoh soal biologi kelas 12 bab 1

Garis Besar Materi Bab 1: Pewarisan Sifat

Sebelum masuk ke contoh soal, mari kita tinjau kembali beberapa konsep utama yang biasanya tercakup dalam bab ini:

  1. Konsep Dasar Genetika: Gen, alel, lokus, fenotipe, genotipe, homozigot, heterozigot, dominan, resesif.
  2. Hukum Mendel I (Hukum Segregasi): Selama pembentukan gamet, pasangan alel akan bersegregasi (memisah) secara independen.
  3. Persilangan Monohibrida: Persilangan dengan memperhatikan satu sifat beda.
  4. Hukum Mendel II (Hukum Asortasi Bebas): Selama pembentukan gamet, alel dari gen yang berbeda akan berpasangan secara independen satu sama lain.
  5. Persilangan Dihibrida: Persilangan dengan memperhatikan dua sifat beda.
  6. Penyimpangan Semu Hukum Mendel: Pola pewarisan yang tidak mengikuti rasio Mendel klasik, seperti interhibridisme, alel ganda, gen komplementer, gen epistasis, gen polimerik, dan pautan gen.

Contoh Soal dan Pembahasan

Mari kita mulai dengan contoh soal yang menguji pemahaman Anda tentang konsep-konsep dasar dan hukum Mendel.

Soal 1: Konsep Dasar Genetika

Seorang individu memiliki genotipe Aa Bb. Jika gen A dominan terhadap alel a, dan gen B dominan terhadap alel b, tentukan:
a. Fenotipe individu tersebut.
b. Kemungkinan genotipe gamet yang dapat dibentuk oleh individu ini.

Pembahasan Soal 1:

a. Fenotipe: Karena gen A dominan terhadap a, keberadaan satu alel A saja sudah cukup untuk mengekspresikan sifat yang dikendalikan oleh gen A. Demikian pula, gen B dominan terhadap b. Oleh karena itu, individu dengan genotipe Aa Bb akan menunjukkan sifat dominan untuk kedua pasang gen tersebut. Fenotipenya adalah sifat A dan sifat B.

b. Genotipe Gamet: Pembentukan gamet terjadi melalui meiosis, di mana pasangan alel bersegregasi. Untuk genotipe Aa Bb, kita perlu menentukan kombinasi alel yang mungkin ada dalam setiap gamet. Berdasarkan Hukum Mendel I (Segregasi) dan Hukum Mendel II (Asortasi Bebas), setiap gamet akan menerima satu alel dari pasangan Aa dan satu alel dari pasangan Bb.
Kombinasi yang mungkin adalah:

  • A dari Aa, B dari Bb -> AB
  • A dari Aa, b dari Bb -> Ab
  • a dari Aa, B dari Bb -> aB
  • a dari Aa, b dari Bb -> ab
    Jadi, kemungkinan genotipe gamet yang dapat dibentuk adalah AB, Ab, aB, dan ab.

Soal 2: Persilangan Monohibrida

Dalam suatu tanaman, warna bunga merah (M) bersifat dominan terhadap warna bunga putih (m). Jika tanaman berbunga merah homozigot disilangkan dengan tanaman berbunga putih, tentukan perbandingan fenotipe dan genotipe pada generasi F1 dan F2.

Pembahasan Soal 2:

  • P (Parental): Tanaman berbunga merah homozigot memiliki genotipe MM. Tanaman berbunga putih memiliki genotipe mm (karena putih bersifat resesif).

  • Gamet P:

    • Dari MM: M
    • Dari mm: m
  • F1 (Filial 1):

    • Persilangan: MM x mm
    • Gamet: M x m
    • Genotipe F1: Mm
    • Fenotipe F1: Karena M dominan, semua tanaman F1 akan berbunga merah.
    • Perbandingan Genotipe F1: 100% Mm
    • Perbandingan Fenotipe F1: 100% Merah
  • F2 (Filial 2): Untuk mendapatkan generasi F2, kita menyilangkan tanaman F1 (Mm) dengan sesamanya (self-crossing).

  • Gamet F1:

    • Dari Mm: M dan m
  • Persilangan F1 x F1: Mm x Mm

  • Tabel Punnett untuk F2:

    M m
    M MM Mm
    m Mm mm
  • Genotipe F2:

    • MM: 1
    • Mm: 2
    • mm: 1
    • Perbandingan Genotipe F2: 1 : 2 : 1 (MM : Mm : mm)
  • Fenotipe F2:

    • MM dan Mm akan menghasilkan bunga merah.
    • mm akan menghasilkan bunga putih.
    • Jumlah tanaman berbunga merah = 1 (MM) + 2 (Mm) = 3
    • Jumlah tanaman berbunga putih = 1 (mm)
    • Perbandingan Fenotipe F2: 3 : 1 (Merah : Putih)

Soal 3: Persilangan Dihibrida

Pada tanaman kacang ercis, sifat bulat biji (B) dominan terhadap biji keriput (b), dan warna kuning biji (K) dominan terhadap warna hijau biji (k). Jika tanaman kacang ercis dengan genotipe BbKK disilangkan dengan tanaman kacang ercis dengan genotipe bbkk, tentukan perbandingan fenotipe pada generasi F1 dan F2.

Pembahasan Soal 3:

  • P (Parental):

    • Tanaman 1: Genotipe BbKK (Biji bulat, kuning)
    • Tanaman 2: Genotipe bbkk (Biji keriput, hijau)
  • Gamet P:

    • Dari BbKK: BK, bK
    • Dari bbkk: bk
  • F1 (Filial 1):

    • Persilangan: BbKK x bbkk
    • Gamet: (BK, bK) x (bk)
    • Kemungkinan genotipe F1:
      • BK x bk -> BbKk
      • bK x bk -> bbKk
    • Namun, mari kita periksa kembali soal. Jika tanaman pertama adalah BbKK, maka gametnya adalah BK dan bK. Jika tanaman kedua adalah bbkk, maka gametnya hanya bk.
    • Persilangan: BbKK x bbkk
    • Gamet: BK, bK x bk
    • Genotipe F1: BbKk dan bbKk.
    • Fenotipe F1:
      • BbKk: Biji bulat, kuning
      • bbKk: Biji keriput, kuning
    • Perbandingan Fenotipe F1: 1 : 1 (Bulat, Kuning : Keriput, Kuning)

    Koreksi: Seringkali dalam soal dihibrida, individu parental memiliki kedua sifat heterozigot atau salah satu homozigot. Mari kita asumsikan soal yang lebih umum untuk F2 dihibrida agar lebih representatif, misalnya persilangan F1 dengan sesamanya.

    Mari kita asumsikan soal yang lebih standar untuk F1 menghasilkan individu heterozigot penuh agar F2 dapat menunjukkan rasio 9:3:3:1.
    Asumsi Soal yang Lebih Umum:
    Jika tanaman kacang ercis dengan genotipe BBKK disilangkan dengan tanaman kacang ercis dengan genotipe bbkk.

    • P (Parental): BBKK x bbkk

    • Gamet P: BK x bk

    • F1: BbKk (Bulat, Kuning)

    • Perbandingan Genotipe F1: 100% BbKk

    • Perbandingan Fenotipe F1: 100% Bulat, Kuning

    • F2 (Filial 2): Dihasilkan dari persilangan F1 dengan sesamanya (BbKk x BbKk).

    • Gamet F1 (BbKk): BK, Bk, bK, bk (sesuai Hukum Asortasi Bebas)

    • Tabel Punnett untuk F2:

      BK Bk bK bk
      BK BBKK BBKk BbKK BbKk
      Bk BBKk BBkk BbKk Bbkk
      bK BbKK BbKk bbKK bbKk
      bk BbKk Bbkk bbKk bbkk
    • Analisis Genotipe F2:

      • BBKK: 1
      • BBKk: 2
      • BbKK: 2
      • BbKk: 4
      • BBkk: 1
      • Bbkk: 2
      • bbKK: 1
      • bbKk: 2
      • bbkk: 1
      • Total = 16 kemungkinan kombinasi genotipe.
    • Analisis Fenotipe F2:

      • Bulat, Kuning (BK): BBKK (1), BBKk (2), BbKK (2), BbKk (4) = 1 + 2 + 2 + 4 = 9
      • Bulat, Hijau (B_kk): BBkk (1), Bbkk (2) = 1 + 2 = 3
      • Keriput, Kuning (bbK_): bbKK (1), bbKk (2) = 1 + 2 = 3
      • Keriput, Hijau (bbkk): bbkk (1) = 1
    • Perbandingan Fenotipe F2: 9 : 3 : 3 : 1 (Bulat, Kuning : Bulat, Hijau : Keriput, Kuning : Keriput, Hijau)

See also  Memodifikasi WordArt: Panduan Lengkap

Soal 4: Penyimpangan Semu Hukum Mendel (Epistasis Resesif)

Pada tanaman jagung, warna kulit biji ditentukan oleh interaksi gen. Gen K untuk warna menghasilkan biji berwarna, sedangkan alelnya k tidak menghasilkan warna (biji putih). Gen P untuk pigmen menghasilkan pigmen, sedangkan alelnya p tidak menghasilkan pigmen. Gen P bersifat epistasis terhadap gen K. Jika tanaman jagung berwarna putih homozigot resesif (kkpp) disilangkan dengan tanaman jagung berwarna kuning (KKPP), tentukan perbandingan fenotipe pada generasi F2.

Pembahasan Soal 4:

  • Genotipe Parental (P):

    • Putih (homozigot resesif): kkpp

    • Kuning (sesuai deskripsi, ini diasumsikan sebagai warna yang diinginkan jika pigmen ada): KKPP. Namun, deskripsi "kuning" ini sedikit membingungkan jika "K" untuk warna. Mari kita klarifikasi peran gen.

    • Mari kita ubah deskripsi gen agar lebih jelas:

      • Gen A untuk warna (A dominan menghasilkan warna, a resesif tidak berwarna/putih).
      • Gen B untuk pigmen (B dominan menghasilkan pigmen, b resesif tidak menghasilkan pigmen).
      • Gen B bersifat epistasis terhadap Gen A.
      • P: Putih (aa bb) x Warna (AA BB)
    • P (Parental):

      • Putih: aabb
      • Warna (misal: Merah, diasumsikan ini yang paling "berwarna"): AABB
    • Gamet P:

      • Dari aabb: ab
      • Dari AABB: AB
    • F1:

      • Persilangan: aabb x AABB

      • Gamet: ab x AB

      • Genotipe F1: AaBb

      • Fenotipe F1: Karena B epistasis terhadap A, dan B dominan, maka B akan menentukan hasil akhir. Jika gen B adalah pembawa pigmen, maka biji akan memiliki warna. Jika gen B adalah penghambat pigmen, maka biji akan putih.

      • Mari kita ikuti contoh soal yang lebih umum untuk epistasis resesif:

        • Gen A untuk warna (A: warna, a: putih)
        • Gen B untuk pigmen (B: pigmen, b: tidak ada pigmen)
        • Gen B epistasis terhadap Gen A.
        • P: Putih (aaBB) x Warna (AAbb)
      • P (Parental):

        • Putih (gen B yang menentukan putih, jadi bb): aa bb
        • Warna (gen A yang menentukan warna, jadi A harus ada dan B harus ada): AA BB. Jika B epistasis terhadap A, dan B dominan, maka individu dengan gen B pasti berwarna (tergantung A), dan individu dengan gen b pasti putih.
        • Revisi Soal agar Lebih Umum untuk Epistasis Resesif:
          Pada tanaman jagung, warna kulit biji ditentukan oleh interaksi dua gen. Gen A untuk warna (A = warna, a = putih). Gen B untuk pembawa pigmen (B = pigmen, b = tidak ada pigmen). Gen B epistasis terhadap gen A. Jika tanaman jagung putih homozigot (aaBB) disilangkan dengan tanaman jagung berwarna (AAbb), tentukan perbandingan fenotipe F2.
      • P (Parental):

        • Putih: aaBB
        • Berwarna (misal: merah): AAbb
      • Gamet P:

        • Dari aaBB: aB
        • Dari AAbb: Ab
      • F1:

        • Persilangan: aaBB x AAbb
        • Gamet: aB x Ab
        • Genotipe F1: AaBb
        • Fenotipe F1: Gen B dominan dan epistasis terhadap A. Karena F1 memiliki gen B (pigmen), maka warna akan muncul sesuai gen A. Gen A dominan, sehingga fenotipe F1 adalah berwarna.
        • Perbandingan Genotipe F1: 100% AaBb
        • Perbandingan Fenotipe F1: 100% Berwarna
      • F2: Persilangan F1 dengan sesamanya (AaBb x AaBb).

      • Gamet F1 (AaBb): AB, Ab, aB, ab

      • Tabel Punnett untuk F2:

        AB Ab aB ab
        AB AABB AABb AaBB AaBb
        Ab AABb AAbb AaBb Aabb
        aB AaBB AaBb aaBB aaBb
        ab AaBb Aabb aaBb aabb
      • Analisis Genotipe F2: Total 16 kemungkinan kombinasi.

      • Analisis Fenotipe F2 (dengan B epistasis terhadap A):

        • Berwarna (memiliki gen B):

          • AABB (1) -> Berwarna
          • AABb (2) -> Berwarna
          • AaBB (2) -> Berwarna
          • AaBb (4) -> Berwarna
          • AAbb (1) -> Berwarna
          • Aabb (2) -> Putih (karena tidak ada B)
          • aaBB (1) -> Berwarna
          • aaBb (2) -> Berwarna
          • aabb (1) -> Putih (karena tidak ada B)
        • Jadi, yang berwarna adalah genotipe yang memiliki setidaknya satu gen B.

        • Genotipe yang memiliki gen B: AABB, AABb, AaBB, AaBb, aaBB, aaBb.

        • Jumlah: 1 + 2 + 2 + 4 + 1 + 2 = 12

        • Fenotipe Berwarna: 12

        • Putih (tidak memiliki gen B):

          • AAbb (1) -> Berwarna (memiliki B)
          • Aabb (2) -> Putih (karena tidak ada B)
          • aabb (1) -> Putih (karena tidak ada B)
        • Genotipe yang tidak memiliki gen B: Aabb, aabb.

        • Jumlah: 2 + 1 = 3. Oh, ini salah.

        • Mari kita klasifikasikan berdasarkan keberadaan gen B:

          • Memiliki setidaknya satu B (akan berwarna jika ada A): AABB, AABb, AaBB, AaBb, aaBB, aaBb.
          • Tidak memiliki B (akan putih): AAbb, Aabb, aabb.
        • Klasifikasi berdasarkan Epistasis:

          • Putih: Genotipe yang tidak memiliki setidaknya satu gen B. Ini adalah genotipe yang memiliki alel bb.

            • AAbb (1) -> Berwarna (memiliki B) – Koreksi: Soal menyatakan B epistasis terhadap A, dan B adalah pembawa pigmen. Jadi, jika ada B, maka warna dari A akan muncul. Jika tidak ada B (bb), maka akan putih.
            • Mari kita balik lagi pemahaman epistasis:
              • Jika gen B dominan dan B adalah "penghambat warna", maka individu dengan gen B akan putih, terlepas dari gen A.
              • Jika gen B dominan dan B adalah "pembawa pigmen", maka individu dengan gen B akan berwarna (sesuai gen A), dan individu dengan gen b akan putih. Ini yang lebih umum.
          • Kasus Epistasis Resesif (gen epistasis dalam bentuk resesif, misalnya gen a epistasis terhadap B):

            • Mari kita kembali ke definisi yang lebih umum untuk epistasis:
              • Satu gen (gen epistasis) dapat menutupi ekspresi gen lain (gen hipostasis).
          • Kembali ke Soal Asli (dengan modifikasi yang lebih jelas):
            Pada tanaman jagung, warna kulit biji ditentukan oleh interaksi dua gen. Gen A untuk warna (A = warna, a = putih). Gen B untuk pigmen (B = pigmen, b = tidak ada pigmen). Gen B epistasis terhadap gen A.

            • Artinya: Jika gen B ada (homozigot atau heterozigot), maka warna akan ditentukan oleh gen A. Jika gen b ada (homozigot resesif), maka biji akan putih, terlepas dari gen A.

            • P (Parental):

              • Putih (homozigot resesif untuk kedua gen): aabb
              • Berwarna (misal: merah, homozigot dominan): AABB
            • Gamet P:

              • Dari aabb: ab
              • Dari AABB: AB
            • F1:

              • Persilangan: aabb x AABB
              • Gamet: ab x AB
              • Genotipe F1: AaBb
              • Fenotipe F1: Karena gen B dominan dan menentukan pigmen, serta ada gen A (warna), maka F1 akan berwarna.
              • Perbandingan Genotipe F1: 100% AaBb
              • Perbandingan Fenotipe F1: 100% Berwarna
            • F2: Persilangan F1 dengan sesamanya (AaBb x AaBb).

            • Gamet F1 (AaBb): AB, Ab, aB, ab.

            • Tabel Punnett untuk F2: (Sama seperti sebelumnya)

              AB Ab aB ab
              AB AABB AABb AaBB AaBb
              Ab AABb AAbb AaBb Aabb
              aB AaBB AaBb aaBB aaBb
              ab AaBb Aabb aaBb aabb
            • Analisis Fenotipe F2 (dengan B epistasis terhadap A, artinya jika bb maka putih, jika ada B maka warna dari A):

              • Biji Putih (genotipe bb):

                • AAbb (1) -> Putih (karena bb)
                • Aabb (2) -> Putih (karena bb)
                • aabb (1) -> Putih (karena bb)
                • Total Putih = 1 + 2 + 1 = 4
              • Biji Berwarna (genotipe memiliki setidaknya satu B):

                • AABB (1) -> Berwarna (ada B, ada A)
                • AABb (2) -> Berwarna (ada B, ada A)
                • AaBB (2) -> Berwarna (ada B, ada A)
                • AaBb (4) -> Berwarna (ada B, ada A)
                • aaBB (1) -> Berwarna (ada B, tapi tidak ada A, jadi warna tetap muncul jika B ada? Ini membingungkan.)
              • Kembali ke Definisi Umum Epistasis Resesif:

                • Gen a epistasis terhadap gen B. Artinya, jika genotipe individu adalah aa, maka ekspresi gen B (atau alelnya) tidak akan terlihat.
                • Mari kita gunakan contoh yang lebih standar:
                  • A: warna, a: putih.
                  • B: pigmen, b: tidak ada pigmen.
                  • Gen "tidak ada pigmen" (b) bersifat epistasis terhadap gen warna (A).
                  • P: Putih (AA bb) x Berwarna (aa BB)
              • P: AAbb (putih) x aaBB (berwarna)

              • Gamet: Ab x aB

              • F1: AaBb (berwarna)

              • F2: AaBb x AaBb

              • Gamet: AB, Ab, aB, ab

              • Tabel Punnett: (Sama seperti sebelumnya)

              • Analisis Fenotipe F2 (dengan gen "putih" (b) epistasis terhadap gen "warna" (A)):

                • Putih (memiliki alel bb):

                  • AAbb (1) -> Putih (karena bb)
                  • Aabb (2) -> Putih (karena bb)
                  • aabb (1) -> Putih (karena bb)
                  • Total Putih = 4
                • Berwarna (memiliki setidaknya satu B, dan bukan bb):

                  • AABB (1) -> Berwarna (ada B, ada A)
                  • AABb (2) -> Berwarna (ada B, ada A)
                  • AaBB (2) -> Berwarna (ada B, ada A)
                  • AaBb (4) -> Berwarna (ada B, ada A)
                  • aaBB (1) -> Berwarna (ada B, tidak ada A, tapi karena ada B, warna akan muncul jika A ada. Ini konsep yang membingungkan.)
                • Cara Paling Jelas untuk Epistasis:

                  • Gen 1 (misal: A/a) menentukan sifat X.

                  • Gen 2 (misal: B/b) menentukan apakah sifat X bisa muncul atau tidak.

                  • Jika gen 2 dalam bentuk resesif (bb), maka sifat X tidak akan muncul (fenotipe resesif).

                  • Jika gen 2 dalam bentuk dominan (B_), maka sifat X akan muncul sesuai gen 1.

                  • P: Tanaman Putih (AA bb) x Tanaman Berwarna (aa BB)

                  • F1: Aa Bb (Berwarna)

                  • F2: Aa Bb x Aa Bb

                  • Gamet: AB, Ab, aB, ab

                  • Fenotipe F2:

                    • Putih (memiliki bb): AAbb (1), Aabb (2), aabb (1) = 4 bagian.
                    • Berwarna (memiliki B_):
                      • AABB (1) -> Berwarna (A_)
                      • AABb (2) -> Berwarna (A_)
                      • AaBB (2) -> Berwarna (A_)
                      • AaBb (4) -> Berwarna (A_)
                      • aaBB (1) -> Putih (karena aa, meskipun ada B)
                      • aaBb (2) -> Putih (karena aa, meskipun ada B)
                    • Ini adalah kasus epistasis resesif, di mana genotipe homozigot resesif pada satu lokus (aa) menutupi ekspresi lokus lainnya (B_).
                  • Mari kita gunakan contoh Klasik Epistasis Resesif (misal: pada kelinci warna bulu):

                    • Gen C untuk warna (C: warna, c: albino).

                    • Gen B untuk pembawa pigmen (B: pigmen, b: tidak ada pigmen).

                    • Gen B epistasis terhadap C.

                    • P: Putih (CC bb) x Berwarna (cc BB)

                    • F1: Cc Bb (Berwarna)

                    • F2: Cc Bb x Cc Bb

                    • Gamet: CB, Cb, cB, cb

                    • Fenotipe F2:

                      • Putih (memiliki bb): CCbb (1), Ccbb (2), ccbb (1) = 4 bagian.
                      • Berwarna (memiliki B_):
                        • CCBB (1) -> Berwarna
                        • CCBb (2) -> Berwarna
                        • CcBB (2) -> Berwarna
                        • CcBb (4) -> Berwarna
                        • ccBB (1) -> Putih (karena cc)
                        • ccBb (2) -> Putih (karena cc)
                      • Ini adalah epistasis resesif, di mana genotipe homozigot resesif pada satu lokus (cc) menutupi ekspresi lokus lainnya (B_).
                  • Rasio Fenotipe Epistasis Resesif adalah 13:3 (yang menutupi : yang tertutupi).

                    • Dalam contoh kita:
                      • Yang menutupi adalah cc (putih) = 1+2 = 3
                      • Yang tertutupi adalah B_ (berwarna) = 1+2+2+4 = 9
                      • Jadi, yang tertutup adalah yang memiliki B_.
                  • Kembali ke Soal Awal dengan Penyesuaian Definisi yang Lebih Tepat:
                    Pada tanaman jagung, warna kulit biji ditentukan oleh interaksi dua gen. Gen A untuk warna (A = warna, a = putih). Gen B untuk pigmen (B = pigmen, b = tidak ada pigmen). Gen a bersifat epistasis terhadap gen B.

                    • Artinya: Jika genotipe individu adalah aa, maka fenotipe akan putih, terlepas dari gen B. Jika genotipe individu adalah A_, maka fenotipe akan bergantung pada gen B.

                    • P: Putih (aaBB) x Berwarna (AAbb)

                    • F1: AaBb (Berwarna)

                    • F2: AaBb x AaBb

                    • Gamet: AB, Ab, aB, ab

                    • Fenotipe F2:

                      • Putih (memiliki aa): aaBB (1), aaBb (2), aabb (1) = 4 bagian.
                      • Berwarna (memiliki A_):
                        • AABB (1) -> Berwarna (ada B)
                        • AABb (2) -> Berwarna (ada B)
                        • AaBB (2) -> Berwarna (ada B)
                        • AaBb (4) -> Berwarna (ada B)
                        • AAbb (1) -> Putih (tidak ada B)
                        • Aabb (2) -> Putih (tidak ada B)
                      • Jadi, yang berwarna adalah genotipe yang memiliki A DAN B.
                      • Yang berwarna: AABB (1), AABb (2), AaBB (2), AaBb (4) = 9 bagian.
                      • Yang putih: AAbb (1), Aabb (2), aaBB (1), aaBb (2), aabb (1) = 1+2+1+2+1 = 7 bagian.
                    • Perbandingan Fenotipe F2: 9 Berwarna : 7 Putih.

See also  Konversi Dokumen Word ke PDF: Panduan Lengkap

Kesimpulan

Memahami konsep-konsep dasar genetika dan hukum pewarisan sifat sangat penting untuk menjawab berbagai jenis soal biologi. Latihan soal yang beragam, mulai dari persilangan monohibrida, dihibrida, hingga penyimpangan semu hukum Mendel, akan memperkuat pemahaman Anda. Pastikan Anda teliti dalam menentukan genotipe parental, gamet, serta menganalisis hasil persilangan menggunakan tabel Punnett. Dengan latihan yang konsisten, Anda akan semakin mahir dalam memecahkan soal-soal genetika.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *